About me

Foto saya
simple, baik, sopan, enak bercanda, suka tantangan/petualang, yg paling penting jujur.

Blog

27 Okt 2011

Pembelajaran matematika SD dengan berbagai media


Nama : Maman Suryaman
Nim      : 072142975
Mapel :Seminar Matematika


PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA
SEKOLAH DASAR
DENGAN BERBAGAI MEDIA
a.      Latar belakang
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang di ajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah menengah atas karena pendidikan merupakan salah satu hal penting yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai subjek dalam pembangunan yang baik di perlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri khusus untuk pelajaran matematika selain mempunyai sifat yang abstrak pemahaman konsep yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru iperlukan prasarat pemahaman konsep sebelumnya
Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat ketekaitan yang erat antara guru,siswa, kurikulum, sarana dan prasana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepatsesuai dengan materi yang di sampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Smapi saat ini masih banyak di temukan kesulitan-kesulitan yang di alami siswa di dalam mempelajari matematika.salah satu kesulitan itu adalah memehami konsep belajar matematika yang menyenangkan. Akibatnya terjadi kesulitan siswa untuk memahami konsep berikutnya karena kosep prasarat belum di pahami.
            Pada dasarnya matematika merupakan pelajaran yang bersifat abstrak sehingga di tuntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Pada dasarnya banyak guru matematika menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas yang lalu, memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa. Pembelajarn seperti di atas yang rutin dilakukan hampir setiap hari. Dapat di katagorikan sebagai 3M (membosankan, membahayakan dan merusak minat siswa) apabila pelajaran seperti ini terus di laksanakan maka kopetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal.
Selain itu pemilihan media yang tepat juga sangat memberikan peranan dalam pembelajaran. Selama ini pembelajaran yang di pakai adalah alat peraga. Seperti contoh teorema pitagoras yang terbuat dari tiplek tetapi dengan seiring berkembangnya teknologi media pembelajaran tersebut kuran menarik perhatian dan minat siswa tanpa mengurangi fungsi media pebelajaran secara umum
Model pembelajaran creative problem solving adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah,yang diikuti dengan penguatan ketrampilan. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreatifitas dan  motivasi siswa dalam mempelajari matematika sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran dengan menggunakan VCD dikarenakan akhir akhir ini dilingkungan akademis atau pendidikan menggunakan media pembelajaran yang berbentuk VCD bukan merupakan hal yang baru lagi pengunaan media pembelajaran matematika berbentuk VCD memungkinkan digunakan dalam berbagai keadaan tempat baik di sekolah maupun rumah serta yang paling utama adalah dapat memenuhi nilai atau fungsi media pembelajaran secara umum
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka judul yang dipilih dalam makalah ini adalah pembelajaran mengembangkan matematika siswa sekolah dasar
dengan berbagai media pembelajaran
Berbicara mengenai pembelajaran matematika di sekolah dasar banyak sekali kekurangan dalam mengembangkannya baik itu berupa pembelajaran menggunakan alat peraga maupun berupa media.
                                    Dalam metode pembelajaran biasanya hanya dengan metode ceramah dan pemberian tugas dan itu sangat dominan dari setiap pembelajaran. Dan sangat jarang pendidik menggunkan pendekatan nyata yang mengaktifkan siswa karena mungkin mereka menganggap pembelajaran yang demikian tidak bermanfaat, membinggunkan dan menyita banyak waktu.  Disamping itu kenyataan bekal dan kemampuan masing-masing maupun sekolah tesebut kurang memadai.
                                    Sehingga pembelajaran matematika yang sebenarnya menyenangkan jadi membingungkan dan juga menjadi kurang optimal dalam pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu saya menerapkan pembelajaran dengan berbagai media untuk di jadikan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan pendekatan nyata.


A.    Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “model dan media pembelajaran apakah yang tepat untuk mengajarkan konsep matematika yang absatrak kepada siswa?”
Di dalam rumusal masalah ini mengunkapkan bahwa ada sebagan pendidik yang kurang mampu mengembangkan pembelajaran matematika agar mudah untuk di pahami oleh siswa. Ada pun lainya kurang memadahi peran pengajar untuk menambah wawasan siswa dalam belajar maematika dengan pendekatan yagng nyata.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen, matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu yang berimplikasi pada daya eksplorasi fikiran manusia. Perkembangan pesat ilmu pengetahun dan teknologi dewasa ini sebagian besar berasal dari perkembangan ilmu terapan matematika. Maka penguasaan ilmu matematika dasar maupun terapan adalah kunci dari suatu keinginan untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga penguasaan matematika dasar sedapat mungkin telah dimulai semenjak dini.
Mata pelajaran matematika diberikan pada tingkat sekolah dasar selain untuk mendapatkan ilmu matematika itu sendiri demikian juga untuk mengembangkan daya berfikir siswa yang logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mengembangkan pola kebiasaan bekerjasama dalam memecahkan masalah. Kompetensi tersebut diperlukan siswa dalam mengembangkan kemampuan mencari, memperoleh, mengelola dan pemanfaatan informasi berdasarkan konsep berfikir logis ilmiah dalam rangka bertahan dalam kehidupan yang serba tidak pasti. Di era globalisasi dewasa ini segala hal dalam bertahan hidup memerlukan kesiapan dalam berkompetisi baik dalam sekala lokal maupun internasional.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum KTSP disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Matematika mengedepankan pendekatan pemecahan masalah yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan pemecahan tidak tunggal dan berbagai masalah matematis dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah maka perlu dikembangkan keterampilan menemukan masalah, mencari penyebab masalah, mengembangkan teknik mencari solusi pemecahan masalah dan menemulkan solusi yang paling tepat dalam pemecahan masalah. Walaupun dalam tataran sekolah dasar pengembangan sikap logis ilmiah tersebut sangat perlu tetapi dalam tataran permasalahan yang sederhana dan kontekstual. Dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BNSP 2006) hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem) Dengan mengajukan permasalahan yang kontekstual maka secara bertahap siswa terbimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran guru diharapkan menggunakan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

B.     Pembahasan
Model”Creative Problem Solving “(CPS)adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan ketrampilan ketika dihadapkan dengan sesuatu pertanyaan siswa dapat melakukan ketrampilan memecah akan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya tidak hanya dengan cara menghafal tanpa berpikir ,ketrampilan memecahkan masalah memperluas proses berfikir
Suatu soal dianggap sebagai suatu masalah adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesainya sebelumnya masalah berbeda dengan soal latihan .pada soal latihan siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya karena telah jelas aantara hubungan antara yang diketahui dengan yang dianyakan dan biasnya telah ada contoh soal pada masalah siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya siswa menggunakan segenap pemikiran memilih srategi pemecahannya dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari  suatu masalah
Adapun proses dari model pembelajaran CPS terdiri dari langkah langkah sebagai berikut:
·         klarifikasi masalah
Klarifikas masalah meliputi  pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan
·         pengungkapan pendapat
pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam penyelesaian masalah
·         evaluasi dan pemilihan
pada tahap evaluasi dan pemilihan ini setiap kelompok mendiskusikan pendapat pendapat atau srategi srategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah
·         implementasi
pada tahap ini siswa menentukan srategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian suatu masalah tersebut
dengan membiasakan siswa menggunakan langkah langkah yang kreatif dalam memecahkan masalah diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari matematika


Untuk meningkatkan motifasi siswa sebaiknya seoran pengajar harus benar-benar menguasai materi dan menglola kelas. Terutama dalam pembelajaran siswa sekolah dasar yang kebanyakan cenderung ke ingin tahuanya maka pendidik harus mampu memberikan solisinya, yaitu berupa media atau pun berupa alat peraga.
Karena dengan pembelajaran yang mengunakan alat peraga atau media siswa tidak merasa jenuh bahkan siswa merasa ada d dalam kehidupan sehari-hari. Dan itu dapan memotifasikan siswa untuk belajar lebih giat. Belajar dengan pendekatan tersebut sangat merangsang siswa untuk lebih mendalami baik itu d sekolah maupun di rumah. Apalagi bila siswa d beri tugas untuk mencari media atau alat peraga d i sekitar rumah maka sangat memotifasikan karena pembelajaran matematika harus PAKEM (pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan)

Penggunaan Media Alat Peraga
    1. Media Konkrit
Bagi kaum konstruktifisme belajar diartikan sebagai usaha mengubah konsepsi kognitif siswa melalaui usaha stimulan oleh guru menggunakan berbagai metode dan media yang memadai dan mendukung ke arah tersebut. Sehingga oleh Piaget mengistilahkan belajar adalah sebagai proses adaptasai kognitif . Ia mengadopsi istilah evolusi ala Darwin dalam memandang permasalahan ini. Di mana Darwin berpandangan bahwa perkembangan suatu mahluk hidup termasuk manusia di dalamnya seiring waktu berlalu selalu melalui proses adaptasi agar ia selalu dapat bertahan dalam kerasnya kehidupan. Proses adaptasi diperlukan dalam rangka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Berangkat dari persepektif tersebut maka Piaget memandang bahwa struktur otak juga mengalami hal yang sama. Struktur otak atau dalam istilah pendidikan adalah struktur kognitif juga mengalami hal yang disebut dengan adaptasi. Struktur kognitif beradaptasi melalui tiga cara yaitu akomodasi, asimilasi dan generalisasi. Akomodasi adalah proses adaptasi kognitif melalui penggantian konsep dan atau pengalaman lama dengan yang baru karna tidak sesuai lagi dengan struktur kognitif prakonsepsi siswa . Sedangkan asimilasi adalah proses adopsi beberapa konsep dan atau pengalaman baru yang sesuai dengan struktur kognitif prakonsepsi siswa. Sedangakan generalisasi adalah proses menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan konsep.
Berdasarkan prinsip belajar kontruktifistik maka perantara pembelajaran yang tepat yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran secara tepat adalah media konkrit. Dimana pengertian media konkrit dalam konteks pendidikan adalah benda benda yang dapat menjadi perantara menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada siswa . Dipilih “benda” adalah untuk menegaskan bahwa obyek tersebut dapat diterima langsung oleh panca indra manusia, sehingga pada saat guru membelajarkan sesuatu yang berhubungan dengan suatu benda maka ada baiknya benda tersebut ditampilkan jika memungkinkan dan apabila tidak dapat digunakan dalam bentuk miniatur atau manipulatif baik manual ataupun elektronik. Hal yang paling penting adalah siswa mampu mengimajinasikan kesan obyektif terhadap pesan yang sampaikan.
Media didefinisikan sebagai medium yang artinya perantara atau pengantar sehingga terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima (Heinich et al, 2002; Ibrahim, 1997; ibrahim et al, 2001) Guru berperan sebagai komunikator dan siswa adalah komunikan sehingga proses pembelajaran termasuk salah satu proses komunikasi. Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga merangsang perhatian minat pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Proses pembelajaran adalah sebuah sistem yang menempatkan media pembelajaran dalam posisi penting selain guru, siswa, sumber belajar dan lingkungan belajar. Posisi media dalam sistem pembelajaran tidak dapat digantikan jika ingin mendapatkan hasil belajar yang optimal melalui pembelajaran yang atraktif. Media dapat digolongkan menjadi berbagai jenis berdasarkan pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi media pembelajaran. Seperti dikemukakan oleh (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) Gerlach adn Ely, dan (4) Ibrahim. Berikut disajikan beberapa penggolongan media pembelajaran menurut para pakar media pendidikan.
Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal dan media sederhana. Ia juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio dan faksimil ; (2) liputan terbatas pada ruangan seperti film, vidio, slide, poster dan audio tape; (3) media untuk belajar individual seperti buku, modul, program,komputer dan telepon.
Menurut Gagne , media dikelompokkan menjadi tujuh kelompok yaitu benda yang akan didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan yaitu pelontar stimulus bejajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi dan memberi umpan balik.
Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu visual diam,, film televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen mengkaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat bahwa media tertentu memiliki kelebihan untuk belajar tertentu, tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain info faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar (ada tinggi, sedang dan rendah).
Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram dan simulasi. Sementara menurut Ibrahim media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleksitas alat dan perlengkapan. Ia membedakan media menjadi media tanpa proyeksi, media tnpa proyrksi tiga dimensi, media audio, telvisi, vidio dan komputer.
Jika dipandang berdasarkan karakteristik media maka media dibedakan menjadi media pembelajaran dua dimensi dan media pembelajaran tiga dimensi. Media pembelajaran dua dimensi digolongkan kedalam media grafis, media bentuk papan, media cetak dan media lain yang penampakannya bebentuk dua dimensi. Sedangka media tiga dimensi digolongkan menjadi belajar benda sebenarnya melalui karyawisata, spesimen, media tiruan berupa miniatur atau bentuk lainnya.melalui peta timbul, dan bentuk lainnya yang dapat dilihat secara tiga dimensi.
Dengan penjabaran di atas maka segala media karakteristiknya adalah berusaha memvisualisasikan segala bentuk pesan sehingga siswa menangkap pesan yang disampaikan yang selanjutnya dipersepsikan dalam struktur kognitif menjadi konsep. Pesan yang dismpaikan dari media apapun bentuknya akan mengalami proses encoding perseptions dalam pikiran siswa. Tinkatan persepsi siswa terhadap pesan dari media dalam bentuk apapun tergantung dari prakonsepsi siswa. Jika dalam struktur kognitif siswa sudah tertanam suatu konsep (prakonsepsi), dimana kemudia diberikan konsep baru yang maka proses adaptasi kognitif melalui akomodasi dan asimilasi berlangsung. Terjadunya perubahan perilaku yang diharapkan menandakan konsep baru berhasil diadaptasi dan sejalan dengan konsep prakonsepsi yang sudah dimiliki siswa. Itu artinya penggunaan media sebagai penyampai pesan tepat berdasarkan simpul kognitif dan waktu (timingnya) tepat.
    1. Manfaat Media Konkrit
Penggunaan media konkrit dalam proses pembelajaran membawa dampak yang sangat luas terhadap pola pembelajaran tingkat sekolah dasar. Sebagian besar materi pembelajaran di SD bersifat imajinatif baik rasional maupun tidak, baik yang menyangkut saintifik dan non sains. Hal tersebut berbeda dengan pola pembelajaran sekolah kkejuruan yang mutlak harus menampilkan media asli ke dalam ruang belajar. Akan tetapi dengan luasnya bidang pembelajaran di SD yang meliputi IPA, IPS Matematika, Bahasa hingga keterampilan sehingga menyulitkan kita apabila semua pembelajaran harus dilengkapi dengan media asli. Sehingga timbul gagasan untuk memanipulasi benda asli agar menjadi media yang mendekati asli. Hal tersebut akan memudahkan siswa untuk membangun struktur konsepnya di otak. Secara rinci berikut manfaat dari media konkrit
    1. memudahkan siswa dalam membangun struktur kognitif dalam membentuk konsep.
    2. memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar sesuai dengan program yang sudah ditetapkan.
    3. mengefektifkan proses pembelajaran
    4. meningkatkan interaksi komponen pembelajaran





    1. Keunggulan Media Konkrit
Media konkrit merupakan media yang saat ini paling dianjurkan penggunaannya oleh para pakar pendidikan, praktisi pendidikan dan pengamat pendidikan. Hal tersebut terjadi karna media konkrit memiliki banyak keunggulan di antaranya adalah :
  1. memiliki tingkat obyektifitas yang tinggi
  2. mudah berinteraksi dengan siswa melalui segenap panca indra
  3. memiliki fleksibilitas yang tinggi dimana dapat digunakan untuk pembelajaran mata pelajaran yang lain
  4. dapat dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi.

    1. Kelemahan Media Konkrit
Disamping memiliki keunggulan media konkrit juga memiliki kelemahan. Sebab setiap benda ataupun hal yang lain di alam ini suatu saat memiliki dampak buruk. Karna hal tersebut selalu dihubungkan dengan faktor kesesuaian hubungannya dengan manusia. Manusia adalah subyek penentui apakah suatu benda atau hal lain merugikan atau menguntungkan. Hal-hal yang merupakan sisi negatif dari benda konkrit adalah berpulang kepada guru itu sendiri karna siswa sangat diuntungkan dalam hal ini. Sisi negatifnya adalah :
      1. sangat merepotkan guru dalam proses persiapan pembelajaran
      2. kadangkala suatu ide, benda dan hal tertentu sangat sulit dimanipulasi
      3. kadangkala ada media konkrit yang sangat menarik perhatian siswa sehingga banyak waktu tersita bukan untuk tujuan yang ada kaitannya dengan materi
      4. sehubungan dengan poin c, maka potensi kegaduhan siswa di kelas akan meningkat.
Sudah barang tentu sisi negatif memerlukan penanganan manajemen kelas yang effektif, sehingga suasana tetap menjadi kondusif walaupun potensi kemungkinan paling buruk terjadi.
    1. Karakteristik Media Konkrit
Digunakannya manipulasi media konkrit didasari oleh suatu alasan yang rasional dan kuat seperti dijelaskan berikut ini. Pada pembelajaran menggunakan kartu bilangan dan garis bilangan adalah jenis alat peraga konkrit manipulatif. Sebabnya adalah sulitnya mencari alat yang konkrit yang tepat untuk materi pembelajaran tersebut.
Secara khusus manipulasi media konkrit yang akan digunakan pada kegiatan saat ini adalah :
1.      Kartu bilangan bergambar
Kartu bilangan di atas dilengkapi dengan kait gantungan yang akan dipakai menggantungkannya pada paku pada garis bilangan, sehingga dapat dimainkan oleh siswa.

2.      Modifikasi garis bilangan
Dimana garis bilangan dibuat dari sebuah papan dimana titik pada bilangan ditandai dengan paku. Paku selain sebagai titik penanda juga berfungsi untuk menggantungkan kartu bergambar bilangan. Sehingga secara bebas dapat dimainkan oleh siswa.
3.      Tehnik Memainkan
Tehnik memainkan peraga tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a). Tempelkan papan garis bilangan pada papan tulis
b). Kemudian bagikan kartu bilangan kepada siswa
c). Ajak siswa menggantungkan bilangan pada papan berpaku secara terurut yang dimulai dari bilangan acak bebas sesuai keinginan siswa.
d). Demikian seterusnya sehingga sambil bermain siswa dapat mengurutkan bilangan


C.     Kesimpulan
Dari pembelajaran yang saya terapkan dalam jurnal ini di mohon agar pembelajar matematika siswa sekolah dasar pada khususnya dapat meningkatkan keefktifan siswa dan keaktifan pendidik. Dan juga mampu meningkatkan daya pikir siswa untuk belajar lebih baik.  Karena dalam belajar sebenarnya tidak ada yang sulit.
Maka dengan adanya pembelajaran matematika dengan media maupun alat peraga tersebut semoga mmpu meningkatkan motifasi siswa dalam belajar matematika.Mata pelajaran matematika pendidikan sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
    1. Memahami konsep matematika , menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, effesien dan tepat dalam pemecahan masalah
    2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
    3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
    4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, dan atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.
    5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yang didasari oleh rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek bilangan, giometri dan pengukuran serta pengolahan data. Bilangan membahas tentang kaedah konsep simbolisasi lambang bilangan dan perhitungan dasar sederhana yang banyak melibatkan media konkrit dan media manipulatif lainnya. Giometri dan pengukuran lebih fokus membelajarkan siswa tentang konsep ruang dan ukurannya dengan perhitungan dasar yang sederhana menggunakan media konkrit dan media manipulatif lainnya. Sedangkan Pengolahan data lebih banyak membahas tentang hakekat data, cara mengolah dan membaca data berdaasrkan kaidah rasional dan ilmiah menggunakan data-data konkrit dan data manipulatif. Penggunaan media dari konkrit ke absatrak mempertimbangkan tingkatan kelas dan daya nalar siswa. Semakin tinggi tingkatan siswa maka penggunaan media di arahkan ke semi abstrak (manipulatif) sampai tingkatan abstrak. Demikian juga semakin tinggi daya nalar logis siswa maka semakin berani bagi guru menggunakan media yang semi abstrak sampai abstrak. Hal ini terjadi pada kasus jika ditemukan siswa yang memiliki keberbekatan yang tinggi di bidang matrmatika. Sehingga siswa tersebut diberikan perlakuan khusus sebagai siswa berbakat, jenius dan sejenisnya.
D.    Saran
Saran dari penulis menjadilah seorang pengajar yang mampu menguasi kelas. Aktif dalam memberikan pelajaran dan dapat menjadi tutntunan bagi perserta didik. Dan semoga pembelajaran yang mengunakan alat peraga atau media ini berjalan terus-menerus untuk meningkatkan motifasi siswa dengan pendekatan nyata.  Karena pada dasarnya anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 – 12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :
  1. Perkembangan Fisik
Hal tersebut mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik lai-laki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 -13 tahun anak perempuan berkembang lebig cepat dari pada laki-laki, Sumantri dkk (2005).
  1. Perkembangan Kognitif
Hal tersebut mencakup perubahan – perubahan dalam perkembangan pola fikir.Perkembangan kognitif seperti dijelaskan oleh Jean Piaget dapat dijelaskan berdasarkan tiga pendekatan perkembangan yaitu :
    1. Tahapan Pra Oprasional
    2. Tahapan Oprasional Konkrit
    3. Tahapan Oprasional Formal
  1. Perkembangan Psikososial
Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. Seperti dijelaskan oleh Robert J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis, moral dan sosial. Sejalan dengan R. J. Havighurst di atas, Syaodih (2007) menjelaskan tahapan perkembangan anak jika dipandang dari aspek psikis, moral dan sosial adalah :
Ketiga jenis perkembangan tersebut berjalan tergantung dari perkembangan masing masing jenis seperti tersebut di atas yang berbeda. Hal tersebut tergantung dari variabel stimulan yang mendorong. Apabila rangsangan fisik yang sering diberikan maka faktor fisik anak yang berkembangan demikian juga halnya dengan faktor kognitif dan psikososial.
Karakteristik Pembelajaran Matematika SD.

0 komentar:

Posting Komentar



Love Matematic Edited by Maman Suryaman © 2011